Tahun 2006 ini aku akhiri di Bandung dan aku awali di Surabaya. Untuk sementara bye bye dulu ya Jakarta….
31 Desember 2005
Tanggal 31 Desember 2005 aku menuju Bandung, naik si Hitam ditemani
Mama dan Nadya. Mas Tras sudah ada di Bandung 2 hari sebelumnya jadi aku
terpaksa aku nyetir ke Bandung. Alhamdulillah cuacanya mendukung, gak
hujan dan gak panas terik, jadi aku si ibu rumah tangga yg sudah lama
banget gak nyetir keluar kota bisa nyetir dengan aman dan tenteram. Aku
berangkat dari Jakarta jam 08.20 dan sampai di Bandung jam 11.00.
Setelah sampai di Cikutra aku baru merasakan ternyata nyetir
Jakarta-Bandung lewat tol Cipularang jauh lebih enak daripada nyetir
Bandung-Garut (tepatnya Sukaregang). PS : Dulu jaman kuliah sering
bolak-balik ke Sukaregang ambil limbah penyamakan kulit buat tugas
akhir.
Sebetulnya acara akhir tahun di Bandung bukan acara sok punya uang
sehingga sampai bertahun baru di Bandung, atau saking pentingnya tahun
baru sampai harus ke bandung. Bukan. Bukan itu alasan aku ke Bandung.
Aku harus ke Bandung karena tanggal 1 Januari 2006 adikku melamar
seorang perempuan yg rumahnya di Bandung, jadi mau tak mau aku
sekeluarga (termasuk Mama papa di Surabaya) harus ke Bandung.
SIngkat cerita acara lamaran berjalan lancar dan sukses dan aku juga
berhasil menyumbang sebuah cake yg dihias dengan fondant atau plastic
icing. Dibikin dengan alat ala kadarnya yg aku punya. Sengaja pake
fondant supaya praktis, cake bisa dibeli di Bandung dan alat-alat yg aku
bawa dari Jakarta juga gak banyak, cuma rollingpin, pewarna dan cookie
cutter.

2 Januari 2006
Kemudian tanggal 2 Mama Papa balik ke Surabaya dan aku ngikuttttt…..
hehehehe. Perjalanan naik kereta api Argo wilis alhamdulillah relatif
lancar. Bahkan saking lancarnya kita tiba di Solo 15 menit sebelum
jadwal dan mengakibatkan roti Mandarijn 7 dus gak sampe ke tangan,
hahaha.
Ceritanya begini, Mama titip ke tanteku di Solo untuk beli roti
Mandarijn dan Serabi Solo trus ntar janjian ketemu di Stasiun Solo
Balapan. Biasanya kereta api argowilis sampai di Solo jam 3. Gak tahu
ada apa kereta api dari Bandung ke Surabaya itu ngebut banget dan sudah
sampai di Solo jam 14.45. Sejak dari Yogya Mama sudah berusaha
menghubungi mbak Titin (tanteku) tapi rupanya hp-nya ketinggalan di
rumah. Jam 14.50 kereta argowilis sudah meninggalkan stasiun Solo
Balapan dan pada saat yg bersamaan mbak Titin baru saja masuk ke
lapangan parkir stasiun. Yaaaa… Tapi untungnya baik Mama maupun mbak
Titin cerdas, karena begitu tahu ketinggalan kereta roti Mandarijn itu
langsung dibawa ke travel dan dikirim ke Surabaya.

Meskipun menu di kereta api tidak enak (lebih sopan daripada tidak
layak makan) tapi kita tetep happy-happy aja, apalagi sewaktu rombongan
Madiun turun (rombongan Ponorogo yg turun di Madiun adalah pak de Badri
dan keluarga serta ustad pak Har dan keluarga) santrinya pak Har sudah
membawa 3 bungkus nasi pecel Madiun yg uenak tenan. Alhamdulillah….
Kehidupan di Surabaya boleh dikatakan baru dimulai tanggal 3 Januari
2006. Musim hujan sedang melanda kawasan Jawa bagian Timur itu, sehingga
kejadian tanah longsor di Jember menjadi topik berita utama di koran
dan televisi di Surabaya.
Musim hujan juga menyebabkan Surabaya diguyur hujan deras setiap
hari, baik siang maupun sore, sehingga acara jalan-jalannya sering
terhambat. Paling juga ke rumah bu Nunuk dan Mami. Di rumah bu Nunuk ada
dik Dian dan dik Etik plus anak-anak mereka Alya dan Ai, plus eyangnya
(pak Udin) sementara di rumah Mami ada mami, papi, mbak Ririn dan
keluarganya (suami dan 2 orang anak perempuan). Bu Nunuk itu adiknya
Mama, pak Udin itu adiknya Papa. Sedangkan Papi itu mas-nya Papa.
Begitulah hubungan keluarganya.

Foto Alya, Nadya, Ai.
Kalau pulang ke Surabaya gak jajan makanan bisa dikatakan rugi. Salah
satu makanan favoritku adalah Tahu Tek atau bahasa Indonesianya Tahu
Gunting. Biasanya penjual tahu tek ini sudah beredar di depan rumah
sejak jam 5 sore, tetapi karena sejak aku datang hujan selalu turun maka
baru hari ke 3 di Surabaya aku bisa makan tahu tek. Sempat terpikir
untuk langsung mesen 2 porsi (aih aih aih..rakus sekali diriku)
untunglah aku sadar, gak boleh makan 2 piring karena siapa tahu ntar
malamnya papa ngajak makan malam keluar hahaha..

Aku pernah mencoba bikin tahu tek sendiri tapi rasanya malah aneh.
Kata Lia untuk petis tahu tek gak perlu petis yg enak, justru pake petis
yg murahan aja, gitu tips-nya. Hmmm patut dicoba, soalnya makanan itu
asli deh bikin aku ketagihan. Meskipun isinya hanya tahu, kentang dan
tauge (karena aku gak suka pake lontong) dan isu tahu mengandung
formalin sedang rame dibicarakan, aku tidak gentar dan tidak takut untuk
makan 1 porsi tahu tek kesukaanku
5 Januari 2006
Pagi itu Papa ngajak Nadya ke bonbin Surabaya. Acara jalan-jalan pagi
hari itu memang jadi andalan Papa untuk mengambil hati cucunya

Aku nemenin Papa dan Nadya. Kita berangkat jam 7 pagi. Trus setelah
sampai di bonbin (ternyata harga tiketnya 10 ribu euy) Papa sibuk nyari
tukang jualan kacang. Kata Papa kalu ke bonbin gak bawa kacang gak enak
(bukan
contoh yg baik, karena dimana-mana di setiap ujung bonbin ada tanda
dilarang memberi makan ke hewan, tapi ya begitulah papa-ku, suka ngeyel,
hehehe). Setelah nyari sana sini akhirnya dapat juga tuh kacang untuk binatang yg ada di bonbin.
Pagi itu rupanya hewan di bonbin baru saja sarapan, terbukti dengan
adanya petugas bonbin yg mondar-mandir keluar masuk kandang sambil bawa
rumput, sayur-mayur, buah-buahan, dll. Di bonbin kali ini Nadya sudah
berani ngasih makan hewan-hewan antara lain unta, rusa, dan kanguru
kecil. Kalau gajah Nadya belum berani.

Trus setelah dari bonbin Papa mesti ngantor dulu (karena meski sudah
tergolong lansia papa masih ngantor sebagai konsultan) dan pas jam makan
siang Papa pulang ngajak makan siang. Asyikkkk diajak makan di Wapo.
Tapi Wapo (warung pojok) di Airlangga sedang di renovasi jadi kita pergi
ke kayoon. Meskipun namanya warung pojok tapi menunya bukan menu warung
pojok pada umumnya lho, trus harganya juga bukan harga warung

Untuk mie goreng 1 porsinya 17.000. Emang sih 1 porsinya bisa untuk dimakan 2 orang tapi tetep aja bukan harga warung.

Lunch di Wapo kayoon.
6 Januari 2006
Hujan mengguyur Surabaya tak kenal lelah. Banjir ada dimana-mana,
termasuk di jalan baratajaya. Rencana papa ngajak Nadya ke Taman Remaja
Surabaya (TRS) sering batal karena kalau hujan emang gak nyaman
bepergian dan main-main ke TRS. Malam itu hujan baru reda jam 8 malam
dan akhirnya Papa memenuhi janjinya ke Nadya, meski udah malam tetep aja
kita berangkat.
Nadya berbeda dengan sepupunya Arief. Kalau Nadya suka dengan hingar
bingar suara, Arief ana yg sangat suka dengan keheningan. Nadya sangat
menikmati jalan-jalan ke TRS atau ke Timezone, sementara Arief
menghindari tempat-tempat yg menurutnya berisik

Nadya naik merry go round, mobil-mobilan, kapal-kapalan, naik monorail keliling TRS ditemenin eyang ti, naik boom-bom car.
Ada 1 lagi wahana yg dinaiki Nadya tapi gak sempet dipotret, naik
karpet terbang Aladin hehehe. Meskipun Nadya suka nunjuk-nunjuk untuk
main sesuatu di TRS aku cuma keluar uang untuk naik bom-bom car aja,
maklum TRS ini salah satu tempat kerja papa sebelum pensiun dan sekarang
masih di sini jadi papa dapat jatah freepas. Lumayan kan….
7 Desember 2006
Sebetulnya mama punya rencana untuk mengajakku ke Madiun, Ponorogo,
dan Magetan, dikarenakan lebaran idul fitri kemarin aku gak ikut
unjung-unjung ke rumah saudara-saudara mama dan papa di 3 kota itu, tapi
karena hujan deras mengguyur jawa timur dan pak sopir yg kita minta
tolong ternyata gak bisa (krn bos dari hongkong datang jadi papa gak
bisa memakai jasa pak sopir, karena sudah bisa dipastikan bos dari
hongkong akan jalan-jalan dan memanfaatkan jasa pak sopir perusahaan)
akhirnya rencana itu gugur dan sebagai gantinya sabtu pagi itu tante Umi
dan romongan FORHATI pada ngumpul di rumah. Acara hari itu adalah
membagi beras kepada pemulung yg ada di sekitar baratajaya.
Dengan menggunakan piyama (karena pulang dari TRS jam 10 dan setelah
itu Nadya masih semangat cerita tentang pengalamannya main-main di TRS
jadi Nadya baru bobok jam 12, karena bobok-nya malam banget tapi
bangunnya tetep jam 6 akibatnya jam 9 pagi dia sudah ngantuk, jadi aku
ganti kostumnya dengan kostum untuk tidur) Nadya ikut membantu (atau
ngerecokin ya ?) eyang-eyang yang aktif di bidang sosial itu.

Bener deh, hari itu Nadya tidur siang lebih awal, jadi aku bisa pergi
menemui temen milis NCC yg ada di Surabaya. Lia dan Monica adalah
2 member NCC Surabaya yg menemui aku. Kita janjian ketemu di Delta Plaza
tepatnya di toko Gunung Agung. Setelah nunggu Lia dan Monica yg sedang
belanja belanji, akhirnya ketemu juga deh dengan Lia. Kalau Monica aku
sudah pernah ketemu di markas NCC di Jakarta, sedangkan dengan Lia aku
malah cuma pesen kue-nya aja waktu Fariz ulang tahun dan baru ketemu
hari itu. Setelah perut kenyang di traktir Lia rujak cingur, kita
meluncur ke toko 8 di pucang anom. Wah… aku mborong cetakan coklat lagi
nih. Beberapa hari sebelumnya aku sempat ke toko 8 dan beli cetakan
coklat yg murah meriah dan jumlahnya buanyak banget. Kalap deh
9 Januari 2006
Hari itu aku, mama, dan papa ke Zangrandi setelah maghrib. Meski
Surabaya malam itu gerimis tetap tidak melunturkan niat untuk ke es krim
Zangrandi. Selain itu siangnya kita semua puasa arafah jadi baru bisa
ke Zangrandi malam. Puasssss banget menyendokkan 1 suap es krim ke
mulut.

nadya dan copacobana es krim pesenannya

noodle ice cream chocolate pesenanku, casatta pesenan mama dan papa

nadya nemenin eyang kung istirahat sore di rumah.
10 januari 2006
Hari ini bertepatan dengan idul adha. Pagi-pagi banget mama sudah
berangkat dari rumah mesnuju mesjid Ummul Mu’minin dekat rumah untuk
ngetek tempat sholat, hehehe. Gimana gak pagi kalau mama sudah berangkat
sejak jam 5.20 pagi. Sedangkan aku jam segitu baru mulai memandikan
Nadya yg ikutan sholat Ied. Dulu waktu aku kecil biasa sholat di Taman
Surya Kotamadya atau kadang di taman Bungkul darmo, cuma seja papa jadi
pengurus mesjid Ummul Mu’minin mau tidak mau kami mesti memakmurkan
mesjid deket rumah itu.

nadya dan eyang setelah sholat ied
Setelah sholat ied papa langsung sibuk dengan urusan kurban dan
lain-lain sedangkan aku, mama dan Nadya malah jalan-jalan nyari sarapan
Awalnya mau beli bubur ayam tapi rupanya lagi libur, akhirnya
diputuskan beli soto cak Lan yg ada di tepi rel KA, aku lupa nama
jalannya, cuma inget aja soto ini 1 jalan dengan tempat praktek almarhum
dr. Kabat. Sotonya murah meriah. Gimana gak murah kalau 1 porsi nasi
putih dan soto ayam hanya 4000 rupiah. Gimana gak meriah kalau potongan
ayam-nya buanyak banget, saking banyaknya sampai buat aku yg doyan lauk
daripada nasi ini ayamnya masih bersisa dan bisa digado. Awalnya mama
tahu soto ini gara-gara temen MENWA-nya Nungki semasa kuliah di UPN
dulu. Sejak harga 1 mangkok 2500 sampai sekarang soto ayam ini jadi
pilihan kalau mau sarapan

Nadya bantu eyang nge-lap mobil
Malam itu untuk pertama kalinya Nadya nonton bioskop layar lebar.
Awalnya sih papa menawarkan diri untuk nonton film, kebetulan ada
freepass untuk nonton di Galaxy dan di Studio. Akhirnya kita nonton
Kingkong di Studio 21. Kupikir Studio 21 itu di Tunjungan Plaza ternyata
ada di Pakuwon. Lha Pakuwon kan di ujung lain dari rumah baratajaya…???
Tapi ya itu, demi menyenangkan cucunya papa rela deh ngebut menuju
Pakuwon. Kita tiba di tempat 5 menit sebelum pertunjukan di mulai dan
dapat tempat duduk L7 – L10. Artinya kita dapat tempat duduk paling
depan….!!! Jadi inget masa lalu, saat masih sering nonton di BIP dan
dapat kursi paling depan
Film yg berdurasi 3 jam itu awalnya dinikmati Nadya. Paling tidak 10
menit pertama Nadya asik ngikuti cerita dan kadang-kadang berjalan di
sepanjang gang. Tapi begitu 1 jam Nadya sudah gelisah dan mulai kepingin
pulang, untungnya masih bisa aku tahan. Trus kalau ada adegan sedih
Nadya ikut nangis, atau musik latar melankolis Nadya juga sudah mulai
mewek…. tapi yg jelas, acara nonton pertama itu sukses. Saking suksesnya
sekarang setiap malam Nadya ingin diceritain tentang Kingkong
11 januari 2006
Hari ini papa sengaja gak ke kantor pagi, karena kepingin nemenin
Nadya berenang di Waterpark Ciputra yang gak jauh dari Pakuwon. Begitu
melihat lingkungan Waterpark Nadya langsung jatuh hati dan langsung
kepingin main air (karena Nadya belum bisa berenang) tapi apadaya
ternyata Waterpark baru buka jam 2 siang padahal kita sampai di situ jam
11. Akhirnya diputuskan untuk pulang aja, soalnya kalau mesti nunggu
sampe jam2 siang ya lumayan gempor, apalagi Waterpark masih baru jadi di
sekitarnya pohon-pohon masih sedikit, panas banget.

Di depan waterpark ciputra.
Sebetulnya dari Waterpark mama kepingin ngajak aku makan sate
kambing di deket Kenjeran. Tapi karena dari Ciputra ke Kenjeran sangat
jauh danjam makan siang sudah dekat, akhjirnya diputuskan untuk makan di
dukuh pakis, sebuah warung makan murah yg bersih dan makanannya makanan
rumah.
Malam itu papa ngajak ke zangrandi lagi. Assiikkkk…. sayang gak
sempat motret ice cream-nya. Kemarin aku pesen ice satay, mama pesen
tuti frutti coklat, nadya tropical fruit, dan papa pesen casatta.
12 Januari 2006.
Hari itu mama memenuhi janjinya untuk mengajakku makan sate kambing
di Tambak Wedi di daerah Kenjeran. Tempat makannya persis di ujung jalan
Kedinding Lor. Kali ini yg pergi cuma kita ber-3, aku, mama, dan nadya.
Pesen gule, krengsengan, dan sate kambing (sambil ngetik glek..glek
juga nih…). Pesen segitu banyaknya (plus nasi putih, es jeruk dan es
fanta) cuma 28.000. Untuk makanan segitu menurutku itu murah banget nget
nget.
Setelah kenyang makan perjalanan dilanjutkan melihat jembatan yg konon akan menghubungkan Surabaya dengan Madura.

Potongan Jembatan Suramadu dari arah Surabaya
13 Januari 2006
Hari kepulangan menuju Bandung, kemudian seterusnya baru ke Jakarta.
Masih tetep naik Argowilis, karena perjalanan siang ternyata asik,
apalagi kita sudah punya rencana makan siang dengan gudeg Solo (gudeg yg
dibeli di Solo). Seperti kebiasaan mama, kali ini pesen lagi roti
mandarijn (plus serabi solo dan gudeg) ke mbak Titin. Jadi setelah lewat
Solo ransum makanan kita seperti ini :

Karena kita berangkat hari Jumat jadi kursi di kereta banyak yang
kosong dan Nadya bisa tidur siang dengan nyaman dalam posisi seperti
ini.

Alhamdulillah jam 19.45 aku menginjakkan kaki di bandung, ketemu
dengan suamiku tercinta yg selama hampir 12 hari cuma aku denger
suaranya saja, merasakan dinginnya bandung.
Siang ini aku siap-siap menuju ke Jakarta dan memulai hidup normal kembali.